HASIL USEK (Selasa)
Matahari menyinari bumi bersama udara pagi yang menyejukkan. Aku turun dari mobil bersamaan dengan Hoshikuzu. Semua mata pun tertuju pada kami terheran-heran bagaimana hal ini bisa terjadi? Sejujurnya aku tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Tidak sedikit pula yang sedang membicarakan kami. Saat itu juga aku melihat Anita memasuki tempat parkir sepeda. Aduh, masalah tidak pernah kelar jika ada orang ini di dekatku.
“Makasih ya, Paman. Aku masuk
duluan. Assalamu’alaikum.” Kataku, mencium tangan Paman. “Wa’alaikumussalam.
Hati-hati, jangan tergesa-gesa.” Balas Paman saat melihatku langsung melarikan
diri. Saat itu pula aku melihat wajah Anita yang terpana padaku. Aku pun
langsung menghindarinya. “Wo, woe! Tania! Tunggu, jangan langsung kabur ya… mau
main rahasia-rahasiaan sama sahabat sendiri, HAH!?” teriak Anita, mengejarku.
“Sebenarnya, apa tujuanmu kemari?
Dimana kakakmu? Kenapa baru datang sekarang? Mungkin itu yang akan ditanyakan
keponakanku ketika mengetahui siapa dirimu. Tapi hati-hati, dia sudah
kehilangan ingatan masa kecilnya. Jangan membuat dirinya ingat akan hal itu.”
Kata Paman, membuat mata Hoshikuzu membelalak tak percaya. Paman pun langsung
pergi, meninggalkan Hoshikuzu yang membeku di depan gerbang sekolah.
Saat aku berlari melewati kantor
guru, aku melihat para siswa yang mengerumuni papan pengumuman. Aku pun
menghentikan langkahku. Aku mendesak masuk ke dalam kerumunan diikuti Anita.
Dan, ternyata tertempel selembar kertas besar hasil ujian. Aku urutkan mencari
namaku dari belakang. Aku tersenyum lebar saat namaku berada di paling atas…
Hah, nomor dua? Dan yang pertama, Hoshikuzu? Kok bisa? Ini terlalu aneh dan
penuh misteri. Apa dia menyelesaikan semua ujiannya selama 3 hari penuh?
Aku melihat Hoshikuzu yang menatap
namanya dinomor paling atas tanpa ekspresi. Pandangannya pun teralihkan olehku
yang menatapnya, seolah tidak ada orang lain di antara kami. Hoshikuzu pun
tersenyum tipis menatapku. Aku langsung memalingkan wajahku, menjauhinya.
‘Apa boleh seperti ini? Jadi aku
tidak bersyukur atas nilai yang aku dapatkan dari Allah? Ini tidak qanaah
namanya! Tidak boleh terjadi. Aku harus menerimanya.’ Batinku dalam hati.
“Haaah… Alahmdulillah… terima kasih Ya Allah. Dan maaf sempat tidak menerima
hal ini.” Ucapku, di bawah pohon rindang di pinggir taman. Tapi kesal juga ya,
selama ini akulah yang menjadi ranking satu se-sekolah dan ranking lima
se-kabupaten dan ranking sepulu se-provinsi. Dan sekarang malah turun… Arrgghh…
aku ini kenapa? Lagi-lagi aku mengeluh! Sudahlah, lupakan hal itu, masih ada
ujian nasional yang menunggu! Aku balas nanti di saat itu!
***
*** ***
Tidak ada komentar :
Posting Komentar